Rasa Menurut Agama Hindu

Rasa adalah sesuatu hal yang memiliki kaitan erat dengan ajaran agama. Kitab-kitab sastra Jawa Kuno yang mengandung ajaran-ajaran keagamaan memakai istilah rasa-agama pada ajaran yang dikandung kitab-kitab dimaksud. Kitab Sarasamuscaya misalnya yang disususn oleh Bhagawan Wararuci, yang merupakan inti dari kitab Astadasaparwa karangan Bhagawan Byasa memuat istilah tersebut dalam konteks yang menarik untuk direnungkan:
Lawan waneh kottamanira, yan hana sira telas rumengo rasa-niking sang hyang aji, pisaningu juga sira ahyuna rumengwa kathantara, .....
Artinya: Keutamaannya yang lain, apabila orang telah mendengar rasa ajaran ini (maksudnya Astadasaparwa atau Mahabrata) mustahillah ia ingin mendengarkan cerita-cerita lain, .....

Petikan di atas menyiratkan bahwa dalam karya agung Mahabrata terkantung rasa, yang semestinya ditangkap dengan rasa juga. Jadi kepekaan rasa pembaca kitab tersebut sangat diperlukan bagi usaha penghayatan ajaran yang dikandungya.


Sebelumnya Bhagawan Wararuci menyatakan:
Nahan kottamanira, kadyangganing tasik lawan gunung Himawan, an kalyan mas manik sarwa mulya, mangkana ta sakweh niking aji Bharatakatha ginawenira, an tasakaning uttamarasa makadi rahasya jnana.
Artinya: Keutamaan kitab Astadasaparwa tersebut, bagaikan samudra dan gunung Himawan yang penuh berisi emas, permata yang serba mulia; demikianlah mutu seluruh kitab Astadasaparwa yang beliau susun, yang dapat mematangkan rasa-utama, seperti rahasia bathin yang tinggi.

Pada petikan terakhir di atas ditegaskan bahwa karya Bhagawan Byasa dapat mematangkan rasa utama termasuk apa yang disebut sebagai rahasyajnana (rahasia bathin). Penyebutan secara eksplisit kata rasa dalam petikan tersebut tentu sangat menarik perhatian kita : rasa dapat dimatangkan dengan membaca kitab-kitab karya Bhagawan Byasa.

Kata rasa sebenarnya berasal dari akar kata ras dalam bahasa Sanskerta, berarti 'merasa', 'mengalami'. Rasa bermakna 'sesuatu yang dialami'.

Teori estetika Hindu-pun disebut dengan teori rasa, sebagaimana mulanya tertuang dalam kitab Natya Sastra karangan Bharatamuni.

Kitab Taitiriya Upanisad memuat ucapan: raso vai sah. Rasam hyevayam labdhvanandi bhawati. Artinya: Dia atau Paramatma disebut rasa. Jiwatma setelah mengalami rasa menjadi ananda. Dengan demikian ada hubungan antara Paramatma, Atma, rasa dan ananda (atau kebahagiaan yang tertinggi).

Pembaca kawya, istimewanya pembaca karya-karya Bhagawan Byasa telah mencapai atau menemui rasa, sesungguhnya telah mencapai ananda: jiwanya manunggal dengan Paramatma. Artinya ia telah mencapai tujuan tertinggi umat manusia, walaupun mungkin dalam waktu yang tidak lama.

sampai disini kita ingin menyampaikan bahwa dengan karya-karya agung seperti Mahabrata atau Astadasaparwa dan Ramayana betapapun juga sesungguhnya kita telah berusaha mengangkat derajat kemanusiaan kita. Kita yakin dengan demikian kita akan mendapatkan rasa-utama, malah rahasya jnana, dan pada akhirnya mengantarkan kita menemui tujuan akhir kita yaitu ananda atau kebahagiaan tertinggi. Ajaran-ajaran yang terkandung dalam kitab-kitab tersebut kita yakini juga sebagai dapat "rumantasaken petengning ajnananing sarwabhawa" melenyapkan kegelapan pikiran segala makhluk, utamanya pikiran kita. Dengan demikian kita akan menemui jalan yang terang dalam mengarungi kehidupan ini.

Matangnya rasa-utama adalah tujuan terpenting yang ingin dicapai oleh umat Hindu. Kitab Sarasamuscaya telah menjelaskan bagaimana cara mencapainya.

Sumber: Warta Hindu Dharma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar